Salam Mommies sekalian!
Kalau membahas Toilet Training (TT) dimasa-masa anak masih belum bisa SAMA SEKALI diajak pee dan pup di toilet, duh... jadi teringat saya pernah bertanya di dalam hati sendiri sembari melihat popok berbaris-baris terjemur dan belum kering juga, "Kapan ya anakku bisa ngomong dia mau pee dan pup ke toilet? Biar popoknya ngga kebanyakan yang dicuci...". Seperti pertanyaan berandai-andai rasanya. Tapi percayalah, saya pernah melewati masa itu dan Alhamdulillaah perlahan-lahan kami bisa melewatinya.
Saat ini, Aisya berusia 20 bulan (1 Tahun 8 Bulan). Dia masih dalam proses TT dan belum bisa saya katakan lulus sempurna. Namun, dalam keseharian di rumah, saya sudah lebih percaya diri untuk tidak memakaikannya pospak, clodi, atau insert. Jika tidur malam, alhamdulillaah, hampir setiap hari sudah tidak mengompol, dan hampir setiap kali ingin pup dia sudah bisa melapor "e-e!" dan sedikit-sedikit laporan juga kalau mau pee. Hee.. Memang untuk urusan pee (BAK) agak butuh sedikit ketelatenan karena frekuensinya lebih sering ketimbang pup (BAB).
Bagaimana cara kami bisa sampai ke tahap ini?
1. Masa Toilet Training Buang Air Besar (TT Pup)
Saya memulai TT pup sebelum TT pee, yaitu saat Aisya sudah bisa berjalan, kurang lebih saat usianya 17 bulan. Saat anak belum bisa mengatakan apapun terkait pee dan pup, kita sebagai orang tua harus memancingnya untuk membahasakan pup dan pee itu sendiri. Dulu, saya membahasakannya dengan mengatakan "bau" sambil menutup hidung. Pembahasaan itu dilakukan terus-menerus saat anak "dicurigai" akan pup, misal saat anak mojok2 di ujung ruangan, atau saat raut wajahnya terlihat ingin mengejan (ngedén), nah saat itulah kita bilang "Bau ya, Dek? Yuk ke toilet..." sambil ajak cepat-cepat ke toilet. Saat pup nya sudah keluar pun kita tetap harus membahasakannya, dan tetap mengajaknya ke toilet. Sampai di toilet, dudukkan anak di dudukan kloset mini atau TT Pot dengan maksud mengajarkannya bahwa itulah tempat dimana pup seharusnya dilakukan, walaupun pup-nya sudah keluar duluan, sebaiknya tetap dilakukan (jika anak merasa nyaman/tidak rewel). Kegiatan ini dilakukan terus-menerus, sehingga menjadi kebiasaan saat anak akan pup.
Saat masa TT pup itu, Aisya masih dipakaikan insert/alas ompol. Jadi insert clodi atau alas ompol tersebut saya selipkan di celana dalamnya tanpa saya pakaikan clodi (seperti jika wanita dewasa pakai, maaf, pembalut). Memang kadang sering meleset pee-nya dan keluar dari sela-sela celana dalam. Apalagi kalau pakai alas ompol biasa, pee nya sering merembes ke celana dalam. Tapi memang ini sengaja dilakukan sebagai awalan untuk TT pee, kata salah satu ibu yang saya kenal di grup FB Ummi's Corner, " supaya anak merasakan sensasi basah dari pee-nya sendiri untuk membuatnya risih atau tidak nyaman." Selanjutnya, ia terangsang untuk berkata/berbahasa bahwa saya sedang pee. Aisya saat masa TT pup sudah bisa mengatakan atau membahasakan bahwa dirinya sedang pee, misalnya dengan mengatakan "yaahhh...", "e-e", atau sengaja diam mematung dan memperhatikan saya dengan raut wajah pamer sambil bilang, "mamaah.." kocak yah..
Kembali ke persoalan TT pup, dari yang saya praktekkan tersebut, hasilnya, satu bulan kemudian, Aisya sudah lancar melapor: "Bauuuu!" atau "e-e!!" jika dia ingin pup, walaupun terkadang dia masih juga pup di celana saat saya benar2 ngga tahu kalau dia sudah ngga-tahan-banget.. wkwkwkw.. Tapi saya bersyukur sekali bisa melewati ini..
2. Masa Toilet Training Buang Air Kecil (TT Pee)
Pada saat Aisya usia 19 bulan, yaitu 2 bulan setelah memulai TT pup, saya mencoba untuk memulai TT pee pada Aisya. Awalnya agak sedikit mau mengundur-undur TT Pee nya Aisya, karena agak males, tapi bersyukur ada adikku yang lagi liburan kuliah mensupport untuk bantu TT Pee nya Aisya, maksudnya bantu nggendong Aisy ke toilet dan mengingatkan saya untuk angkat Aisya pee di toilet... :D Alhamdulillaah, prosesnya mudah, karena dia sudah terbiasa buang air di kloset, jadi saat kita minta dia untuk pee, maka pee nya langsung dia keluarkan (MasyaAllaah.. hebat yah! Dia sudah bisa mengontrol otot disekitar kandung kemihnya).
Kunci pertama dari TT pee adalah TIMING, karena pee ada frekuensinya, walaupun tidak selalu sama setiap harinya. Jadi caranya, kita ajak anak kita ke toilet untuk pee dalam kurun waktu 1.5-2 jam sekali atau bisa lebih pendek lagi waktunya. Terus menerus begitu setiap hari, tapi kalau anak menolak/rewel/nangis jangan dipaksakan ya, Moms.. Justru tidak akan dia keluarkan pee nya. Jika sudah terbiasa dengan timing jangka pendek, maka dengan sendirinya anak akan mampu menahan pipis, sehingga timing pee-nya makin panjang (2-3 jam, atau lebih). Selain itu, ajak anak pee di toilet sebelum dan sesudah tidur. Ini akan menjaga anak untuk tidak ngompol di malam hari. Juga, ajak anak pipis 1 jam atau 45 menit setelah banyak minum es teh. Dan 10 menit setelah lama bermain-main kulkas.. ;D.
Kunci kedua dari TT Pee adalah MOOD ANAK. Seperti yang saya katakan sebelumnya, kalau anak sedang rewel atau potensi akan rewel sebaiknya tidak dilakukan penaturan. Momen potensi rewel biasanya pas sesudah bangun tidur, saat "nyawa" nya masih belum balik betul alias masih bingung. Selain itu saat dia lagi sibuk-sibuknya main dan asik banget, kalau diganggu untuk ke toilet biasanya ngamuk tuh. Dan momen lainnya yang Moms pasti tahu sendiri yah bagaimana kebiasaan anak-anaknya.
Kunci ketiga dari TT Pee adalah TEMPAT Pee nya. Maksudnya, ada kalanya anak bosan pee di tempat itu-itu saja. Atau kloset yang begitu saja. Ajak anak pee di toilet lain (jika ada). Atau, jika tidak di toilet bisa lakukan di tempat cuci baju yang banyak bisa ditemukan sumber air, tapi jangan di tempat yang ngga wajar ya Moms.. hihi.. Faktor tempat pee bisa juga dengan memberi dudukan WC yang berwarna-warni atau TT Pot plastik yang bisa dipindah-pindahkan tanpa harus dipasang ke WC.
Proses TT Pee Aisya ini tergolong cepat sekali, Alhamdulillaah, hanya 3 hari, kami langsung bisa melihat hasilnya: Aisya mulai rutin tidak mengompol saat tidur di malam hari, dan dia mengompol hanya saat kita lupa atau tidak mengajaknya ke toilet. Setelah tiga hari itulah saya sudah memulai untuk tidak memakaikannya insert/alas ompol di celana dalamnya. And the remains is... keistiqomahan kita sbg ortu untuk tetap menjaga kedisiplinan dan mendampinginya saat buang air. That's It!
Ada salah satu teman saya yang bercerita kalau dahulu ia ditatur oleh ortunya (bahasa jawanya TT :P) sejak lahir. Ortunya begitu telaten memang. Hasilnya usia 7 bulan sudah bisa pipis sendiri, MasyaAllaah.... (>_<)b Mungkin maksudnya bisa menahan pipis yah.. Tapi itu prosesnya lama sekali, 7 bulan lho..
Dari artikel dan cerita para teman ibu muda, saya mendapati 2 macam tipe TT berdasarkan fasenya berjalan (saat dia mulai bisa membahasakan sesuatu, dan berjalan menuju sesuatu yang diinginkannya), yaitu:
1. TT dimulai sejak lahir, atau saya kategorikan sebelum anak bisa berjalan.
2. TT dimulai setelah anak bisa berjalan.
1. TT dimulai sejak lahir, atau saya kategorikan sebelum anak bisa berjalan.
2. TT dimulai setelah anak bisa berjalan.
Nah, itu pilihan Moms semua mau men-TT-kan anaknya di usia berapa... Saya memilih nomor 2 karena lebih cepat prosesnya, disamping itu saya belum cukup upaya dan ilmu untuk mentatur Aisya diusia yang sangat dini, dan alasan lainnya adalah karena anak lebih mudah diajak berkomunikasi. Ibaratnya anak sudah bisa memegang pensil dengan baik, maka kita tinggal mengajarinya menulis angka 1 atau 0.
Jangka waktu keberhasilan TT ini tidak pasti pada setiap anak, tetapi saya katakan bahwa 80% keberhasilan adalah bergantung pada kedisiplinan dan kejelian orangtua mengawasi dan mendampingi proses TT ini. Jadi, jangan salahkan anak ya Moms kalau tiba-tiba pee-nya beranak sungai di lantai, atau membentuk danau di baju kita ;P apalagi sebabnya kalau bukan ortunya LUPA atau MALAS ngajak anaknya ke toilet.. ;P (pengalaman pribadi)
Anak kita itu pada dasarnya cerdas luar biasa, Moms! Kita sebagai orang tua hanya perlu memantik kecerdasan itu, tentunya dengan cara yang tepat. Dan 'proses' Toilet Training bisa kita lewati bersama dengan bahagia....!
Terima Kasih untuk membaca..
Yuk, Kita Sama-Sama Disiplin...!
Semoga Menginspirasi...
Yuk, Kita Sama-Sama Disiplin...!
Semoga Menginspirasi...
Wassalaam...
Dudukan kloset gambar Hello Kitty. Diajak pee/pup di sini sambil cerita tentang Hello Kitty-nya naik pesawat dan terbang bareng beruang.. :)
Jarang dipakai lagi... Mungkin masih berguna untuk berpergian yang sebentar waktunya..
mom, kalau aku sedang punya masalah nih, sudah sejak 8 bulan anakku mulai kukenalkan pup di toilet, sejauh ini sampai usia anakku 23 bulan semua baik2 saja. Bahkan beberapa bulan terakhir sudah mau jongkok sendiri gak mau dipengi, meski dipinggiran (maaf, aku pakainya closet jongkok mom). seminggu terakhir ini tiba2 si anak ngadat gak mau diajak ke toilet kalau pup. Malahan ada indikasi mau nahan pupnya gara2 gak mau ke toilet. Bingung, mom...kenapa tiba2 anakku begini, padahal gak ada peristiwa apa2 misal jatuh gitu. Gimana ya, mom mengatasinya, aku takutnya peristiwa ini berlanjut sampai dia besar, tolong bantu ya mom...makasih....
ReplyDeleteHalo Mom Santicakra.. Salam kenal ya,, cipikacipiki dari jauh..^_^
ReplyDeleteSabar ya Mom...Kalau lagi toilet trainning memang kita sbg ortu hrs banyak2 kreatif.
Jika anak Moms sudah bisa diajak berkomunikasi, coba ajukan pertanyaan yg jawabannya YA atau TIDAK. Jangan lupa posisikan mata Moms dan baby sejajar ya. Moms bisa berlutut atau memangkunya. Contoh pertanyaannya: "Adik kenapa tidak mau pipis di kamar mandi?", lalu lanjutkan: "Adik sakit ya?", "Kalau lagi pipis kakinya sakit?", kalau nggeleng, tanya lagi, "Adik lihat apa di kamar mandi", "Kamar mandinya bau ya?", "Adik bosen ya pipis di sana?", "Adik pingin tempat pipis yang warna-warni ya?"
Ada banyak faktor sih Mom, cb diobservasi satu-satu deh Mom, ada "sesuatu" ngga yg berbeda:
1) Anak mulai merasa sakit di bagian kaki atau di bagian tubuh yang lain karena posisi badan/kaki yang salah terhadap kloset saat dia buang air.
2) Buang airnya sulit/keras. Jadi anak merasa lebih baik ditahan, jadi nanti kalau sudah mules banget baru deh ke kloset.
3) Dia merasa paranoid dengan sesuatu. Bisa jadi ia melihat sesuatu yang menyeramkan di kamar mandi. Maaf ya Mom, saya masih percaya ttg ini. Karena anak balita masih sensitif untuk melihat ssuatu yg "halus". Bs diajarkan mulai berdoa sebelum masuk kamar kecil. Pakai lampu yang lebih terang dari biasanya. Dan jangan lupa dibersihkan, supaya wangi dan bersih selalu.
4) Dia bosan dengan rutinitas buang air. Solusinya: bisa diberikan Potty Trainning yang warna-warni dan lucu2, supaya tetap buang air "di tempatnya". Potty Trainning bisa diletakkan di tempat lain selain kamar mandi.
5) Anak menjadi sedih karena sesuatu hal diluar urusan buang air, sehingga berdampak ke mood dan gairahnya. Bisa terjadi karena anak merasa dipaksa atau dimarahi orang tua sehingga ia sedih dan tidak mau menurut.
Kalau saya pribadi selalu kasih alternatif lain yang lebih meriah dan membuatnya semangat buang air. Karena anak saya bosenan banget. Jadi kalau dia ngga mau pup/pee di kloset hello kitty-nya, saya ajak ke toilet di belakang, yang pakai WC jongkok. Atau kalau ngga mau juga saya ajak ke tempat menyuci baju (ngga ada WC-nya cuman ada saluran air biasa).
Kalau ngga mau juga, biasanya dia lagi fokus atau lagi seneng2nya nnton/main terus kita ajak pee. Sbnrny ini timing saya aja yg ngga tepat.. hehe.. Harus dibujuk pakai rayuan pelan-pelan.. Kadang saya kalau udah kepepet bgt saya kasih reward dia boleh main muter2 keliling komplek naik sepeda roda 3 nya kalau habis pipis di kamar mandi (karena itu hal yg paling dia suka)..
Begitulah Mom.. semoga membantu yaa